SI MISTERIUS
BALIK JENDELA
Karya : Krismia
R.
SELAMAT
DATANG DI KABUPATEN GANDA RAWO, tulisan besar yang kubaca. Entah mengapa aku
merinding memasuki kabupaten ini. Ya, betul sekali aku pindah rumah. Aku akan
tinggal disini bersama keluargaku beberapa tahun kedepan. Sejak awal aku sudah
menolak keputusan keluargaku untuk pindah disini, entah mengapa perasaanku
seolah tidak senang dengan hal itu. Pada akhirnya, bujukan dari semua anggota
keluargaku berhasil mengubah pendapatku dan aku pun menyetujui hal itu. Memang indah
desa ini, tapi aku merasa merinding sewaktu pertama kali masuk rumah tua yang
kutempati. Sampai disana sudah malam, sehingga aku dan semua anggota keluargaku
beristirahat menunggu esok datang untuk bersih-bersih rumah tua ini.
*1
bulan kemudian
“Oh selimutku” ucapku dalam hati sambil kubenahi. Kunaikkan
rambutku di atas bantal supaya tidak kusut esok. Belum juga mataku terpejam, terjadi
lagi, peristiwa beberapa hari terakhir ini. Entah apa yang berada di balik
jendela kamarku dan selalu membuatku terngiang untuk melihatnya. Rasa takut
mulai menghantuiku, kusingkirkan selimutku dan perlahan aku membuka gorden jendela
kamar untuk melihat situasi dan kondisi di luar. “Tidak ada” ucapku, seperti sebelum-sebelumnya selalu tidak ada suatu
apapun di balik jendela. Namun aku selalu merasa takut dan terheran-heran
dengan peristiwa yang terjadi berulang-ulang itu. “Bismika allahumma ahyaa wa bismika amuut, amin” kubaca doa itu
untuk yang kedua kalinya dalam keadaan gelisah. Jam dindingku menunjukkan pukul
11.20 malam, aku memaksa mataku untuk
terpejam. Tidurku tidak tenang malam ini, sekitar pukul 1.00 dini hari aku
terbangun karena dikejutkan dengan suara mobil berhenti di depan rumahku dan
aku juga mendengar orang berjalan di dekat jendela kamarku. Dag dig dug dag dig dug detak jantungku
amat cepat, segera aku membuka gorden kamar. Ya, seperti biasa tidak ada
apa-apa di luar. Aku kini tak bisa tidur, perasaan dan pikiranku sudah tidak
karuan lagi, “apa mungkin aku harus meminta
ibuk untuk menemaniku tidur? Tapi aku kan udah gede” pikirku. Akhirnya aku
tertidur dengan sendirinya.
Belum
sepenuhnya nyawaku tersadar saat alarm berbunyi, terdengar teriakan yang mengerikan
di telingaku. Segera aku bangun dan melihat jam dinding, waktu menunjukkan
pukul 06.15 pagi, “ouh, it’s bad day,
hari ini aku akan telat masuk sekolah” gumamku sambil melipat selimut dan
merapikan tempat tidurku. Tanpa berpikir panjang, “ah, biarlah mungkin hanya perasaanku saja” aku melupakan suara teriakan
tadi, aku segera bersiap menyambut aktivitas pagiku ini.
Hari
begitu cepat berlalu, jarum jam dindingku seolah berlari mengejar usia. Berlian
malam dan taburan intan telah datang menyapaku kembali untuk yang kesekian kali
14 tahun terakhir. “Jam berapa ini? Aku
kan ada janji dinnner jam delapan sama temen-temen remaja karang taruna di desa
ini” tanyaku. Jam dinding yang kutengok menunjukkan pukul 07.30 malam, aku
segera bersiap untuk datang ke acara itu.
“Loh, kok gelap banget sih, aduuh aku kan
takut kegelapan” kataku sesampai di depan rumah sepulang dinner dengan teman-temanku. “Apa mungkin pemadaman listrik bergilir?”
ucapku dengan ragu-ragu dalam hati. Suara langkah kakiku dan erikan jangkrik
yang ada semakin membuatku takut. Perlahan aku berjalan menuju pintu rumah, ceklek ngeeek... suara pintu rumah
kubuka, aku ragu untuk masuk ke dalam karena aku sangat ketakutan. Akhirnya
kuberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah dengan berbekal cahaya dari HP ku.
Kugerakkan kakiku selangkah, perasaanku semakin tidak enak saja. Aku merasa ada
sesuatu yang tinggi besar di belakangku, semakin merinding rasanya ketika aku menengok
ke belakang dan teriak “aaaaaaa...”
namun tak ada apa-apa disana. Aku berusaha tenang dan mengatur napasku.
Kulanjutkan masuk rumah dengan was-was, selangkah demi selangkah menuju kamar
membuatku semakin takut dengan keadaan. “Aaaaaa”
teriakku menabrak sebuah manekin tanpa kepala milik ibuk. Perasaanku semakin
tidak karuan ketakutan. Lalu aku melihat seorang wanita berambut panjang
berdiri di depan pintu kamarku, dan aku menjerit lagi “aa..aa..aaaa” ternyata dia adalah ibuk “sayang, sudahlah! diem gak usah
teriak-teriak ah. Sini sama ibuk kalau kamu takut” ujarnya sambil memelukku
“Iya buk, maaf aku takut sekali tadi” jawabku.
Akhirnya
aku pergi tidur, dan sudah kuduga pasti peristiwa itu terjadi lagi. Ya, hal
misterius itu muncul lagi dari balik jendela kamarku. Kali ini aku tidak
menengoknya karena pasti tidak ada apa-apa di luar. Aku pun terlelap beberapa
saat, lagi, sesuatu itu terdengar lagi dari balik jendela kamarku. Aku tetap
diam tak menengoknya dan berusaha tenang. Untuk yang ketiga kalinya, hal itu
terjadi lagi malam ini. Aku semakin terheran-heran, bersama rasa takut akhirnya
aku menengoknya. Ya, tak ada suatu apa pun di luar dan aku pun melanjutkan
tidurku karena aku merasa jengkel dengan peristiwa ini.
“Morning all, God bless you for today amin”
ucapku sambil membuka gorden jendela kamarku. Aku terkejut “aaaaaaaa...” teriakku melihat seekor cicak melompat ke kepalaku
dari kaca jendela itu. “Apa yang terjadi?
Apa yang terjadi ??” tanya ibukku khawatir. Aku menjawab “buk, tadi ada cicak lompat ke kepalaku.
Kata nenek dulu, kalau ada orang kejatuhan cicak, orang itu dalam bahaya, buk
aku takut” “sudahlah, nggak usah percaya hal-hal seperti itu! Yang penting kamu
berdo’a sama Allah biar nanti kamu nggak kenapa-kenapa, oke sayang!” ibuk
menasehatiku sambil memelukku. “oke buk,
trimakasih ibuk udah nasehati aku” jawabku. Di jalan menuju ke sekolah, aku
seperti hampir menabrak kucing hitam, aku pun mengerem sepeda motorku secara
tiba-tiba. Setelah aku cek, tidak ada apa-apa di depan motorku. Ya sudah, aku
melanjutkan perjalananku ke sekolah.
Aku
baru saja pulang dari sekolah, tapi hari sudah sore begitu saja. Sore ini aku
sendiri di rumah, anggota keluargaku sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Aku memang dikenal dengan anak yang penakut, dan mereka meremehkan hal itu. Mereka
tidak tahu bagaimana rasanya saat aku mengalami rasa takut. Setiap aku cerita
hal yang membuatku takut, mereka selalu meremehkan dan bahkan mengacuhkan aku.
Hingga kini, aku tidak pernah bercerita lagi kepada siapapun tentang hal
semacam itu.
Malam
mulai larut, “hoaaam..” menguap tanda
mengantuk. Kali ini aku insom, tak bisa tidur. Aku hanya duduk di tempat tidur,
lalu aku tiduran, lalu aku duduk lagi, dan begitu seterusnya berulang-ulang ditemani
bunyi detikan jam dindingku hingga bosan rasanya. Berulang kali aku mencoba memaksa
memejamkan mataku, namun tetap saja aku tidak bisa tidur. Maklum, namanya juga
insom.
Belum aku bisa tidur, aku dikejutkan dengan hal
misterius itu lagi. Segera kutengok ke luar jendela kamar tapi tetap saja tidak
ada apa-apa. “menyebalkan sekali! selalu
tidak ada apa-apa. Kalau mau nakut-nakuti ya muncul donk! Jangan cuma kayak
gitu! Nakut-nakuti kok PHP!” ucapku sok berani. Dan tiba-tiba aku
dikagetkan lagi dengan suara misterius dari luar jendela. Aku sangat kaget dan
ketakutan, aku takut jika kata-kataku sungguh-gungguh terjadi. Napasku sudah
tidak karuan, pikirku gelisah ketakutan, jantungku berdebar begitu cepat. Namun
aku memberanikan diri untuk membuka gorden jendela kamarku. “krik..krik..krik..” suara jangkrik
serasa semakin menyeramkan saja saat aku mencoba membuka gorden, dan... “aaaaaaaa....” aku teriak sangat keras hingga membangunkan
ibuk. Aku memang tidak melihat apa-apa di luar tapi jika sudah ketakutan, aku
pasti teriak. “Ada apa lagi ini? Kamu kok
teriak-teriak gitu sayang?” tanya ibuk kepadaku. Aku menjawab “emm.. enggak buk, nggak ada apa-apa tadi di
luar cuma ada... adaa..” “ada apa??” sambung ibuk. “nggak kok buk cuma kucing aja” lanjutku berbohong. “oh, ya sudah tidur nyenyak ya sayang jangan
ngehoror lagi” ujar ibuk kepadaku sambil menyelimutiku. “maaf buk aku bohong, kalaupun aku jujur,
ibuk juga nggak akan percaya sama aku” ucapku dalam hati. Akhirnya aku
tertidur pulas hingga pagi.
Mungkin alarmku sudah capai berbunyi, entah sudah
berapa kali ia membangunkanku tapi aku tak juga terbangun. Lalu ibuk membuka
pintu kamarku dan berkata “sayang, bangun
udah jam berapa ini? Kamu sekolah tidak? Ayo cepat bangun!” dan akhirnya
aku bangun untuk bersiap menjalani aktivitas hari ini.
Semakin hari semakin aku dibuat penasaran oleh
peristiwa tiap malam sebelum aku tidur itu. Sedikit demi sedikit aku mencoba
mengumpulkan informasi tentang rumah tua yang kutempati berasama keluargaku
ini. Konon katanya, dulu ada seorang nenek dan cucunya yang mendadak mati
misterius di rumah itu dan sebelum keduanya dimakamkan, jasadnya hilang begitu
saja entah kemana dan hingga kini tak ditemukan. Setelah kematian mereka
berdua, tiap warga pasti ada yang mengalami hal seperti yang kualami tiap malam
sebelum tidur ini. Warga desa ini beranggapan bahwa misteri seorang nenek dan
cucunya itulah yang sering mengganggu ketenangan masyarakat. Menurut info yang
kudapat, misteri seorang nenek dan cucunya ini sudah tidak pernah mengganggu
warga lagi. Namun beberapa bulan terakhir, mereka berdua muncul lagi dan aku
menjadi salah satu sasarannya. Setelah mengetahui hal itu aku dan keluargaku mencoba
menyelidikinya.
Malam tiba, aku
dan keluargaku berkumpul di kamarku untuk menyelidiki misteri tersebut. Tak
seperti hari-hari biasanya, kini aku justru menunggu-nunggu peristiwa itu
terjadi. Malam telah larut, misteri itu tak juga terjadi. Akhirnya malam ini
tidak mendapat hasil dan aku pun bertanya-tanya kenapa malah tak terjadi
apa-apa? Penyelidikan dilanjutkan malam berikutnya, ya akhirnya peristiwa itu
terjadi dan tak ada satupun dari keluargaku yang melihat atau tahu itu apa.
Setelah berulang-ulang penyelidikan ini dilakukan, aku dan keluargaku tetap
tidak mendapat hasil suatu apapun.
Ibuk tau bagaimana perasaanku saat mengetahui hal
tersebut dan aku dinasehati olehnya “sayang,
dengerin kata-kata ibuk baik-baik ya! Disini, di hati kamu, kamu punya Allah.
Kamu hanya boleh takut sama Allah bukan sama yang lain. Misalnya pas kamu lewat
makam kamu nggak usah takut, yang gaib itu memang benar-benar ada tapi yang ada
disana itu kan udah meninggal dan nggak bisa nyakiti kamu jadi kamu nggak perlu
takut. Justru kalau kamu takut sama orang gila yang mengamuk itu wajar, lha
nanti kamu bisa disakiti sama orang gila itu. Iya nggak?” dengan tegas aku
menjawab “ya, aku berani buk, terimakasih
banyak atas nasehatnya selama ini”. Nah, dari sini aku menjadi tidak takut
dengan hal-hal yang dulu selalu aku takuti. Bahkan, dulu aku yang dikenal
penakut justru berubah drastis menjadi pemberani. Dan sekarang aku tidak pernah
mengalami peristiwa-peristiwa seperti itu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar